Dalam rangka mengurangi kemacetan, sejak 22 November 2010 silam Pemerintah
Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta membangun dua ruas jalan
layang non tol yakni ruas Antasari-Blok M, dan ruas Kampung Melayu-Tanah
Abang.
Target
pengerjaan dilaksanakan selama 630 hari atau 1 tahun 7,5 bulan dengan masa
perawatan selama 180 hari. Total nilai proyek pembangunan tersebut adalah
sebesar Rp 737
miliar yang dibagi tiga proyek. Sedangkan jalan layang non tol
Antarasi-Blok M akan menelan dana Rp 1,28 triliun. Kedua proyek
jalan layang non tol ini diperkirakan akan selesai menjelang akhir 2012.
Berdasarkan
data yang dihimpun dari Dinas PU DKI Jakarta, pembangunan jalan layang non tol
Kampung Melayu-Tanah Abang diproyeksikan akan mampu mengurai kemacetan lalu
lintas hingga 30 persen di kawasan Casablanca, Kuningan, dan Karet. Walaupun
demikian, pembangunan jalan layang non tol ini menimbulkan banyak protes di
kalangan masyarakat.
Warga
memperotes bahwa pembangunan jalan layang tersebut telah menyalahi Perda No 6
tahun 1999, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta, dan tidak
sesuai dengan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal).
Warga
menyayangkan ditebangnya ratusan pohon demi membangun infrastruktur tersebut.
Sebanyak 544 pohon akan ditebang di sepanjang Jl Antasari
hingga Jl Patimura. Pohon-pohon yang berusia di atas 20
tahun, sudah ditebang semuanya Dan sedikitnya 10 pohon jenis Angsana
berdiameter 40 sampai 60 cm harus ditebang karena mengganggu pemasangan tiang
pancang jalan layang tersebut.
Padahal salah satu kelebihan Jl Antasari
adalah suasana sejuk di sepanjang jalan itu, yang sangat menyenangkan. Sekalipun
matahari sedang terik, pepohonan yang rimbun sepanjang jalan membuat siapapun
yang melewati ruas itu seperti berada di sebuah avenue. Sebab di kiri
kanan ruas jalan itu tumbuh pepohonan rindang. Akibat pembangunan itu, Jl Antasari
sudah berubah total. Selain bertambah macet, juga menjadi salah satu titik
gersang di ibukota. Rumah-rumah kediaman yang tadinya terlihat asri di
sepanjang jalan itu, kini sudah kehilangan estetikanya.
Lalu mengenai pembangunan jalan layang di Jl Dr
Satrio, Casablanca, siapapun
mengetahui
bahwa kawasan ini sudah menjadi salah
satu pusat bisnis ibukota. Berapa besar transaksi bisnis yang terjadi di
kawasan ini, tidak pernah dihitung. Namun dengan penutupan akses ke daerah itu, sudah pasti
kegiatan bisnis akan
terganggu. Dan terkait dengan dana yang dikeluarkan untuk
pembangunan jalan layang ini, salah satu media online melaporkan bahwa biaya
tersebut belum diaudit apakah wajar ataukah terjadi penggelembungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar