A. Pengertian Pendidikan Islam
Dari segi bahasa pendidikan dapat diartikan
sebagai perbuatan mendidik; dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau
pemeliharaan badan, batin, dan sebagainya. Dalam bahasa Arab , para pakar
pendidikan biasanya menggunakan kata tarbiyah untuk arti pendidikan.
Dar
definisi tersebut dapat diketahui bahwa
pendidikan adalah merupakan usaha atau proses yang ditujukan untuk
membinakualitas sumberdaya manusiaseutuhnya agar dia dapat melakukan perannya
dalam kehidupan secara fungsional dan optimal. Dengan demikian, pendidikan pada
intinya menolong manusia agar dapat menunjukkan eksistensinya secara
fungsionbal ditengah-tengah kehidupan manusia. Pendidikan yang demikian dapat
dirasakan manfaatnnya bagi manusia.
Adapun pengertian islam berasal dari bahasa
Arab aslama yuslimu islaman, yang berarti berserah diri, patuh, dan tunduk.
Kata aslama tersebut pada asalnya berasal dari salima, yang berarti selamat,
sentosa, dan damai. Dari pengertian demikian, secara harfiyah Islam dapat
diartikan patuh, tunduk, berserah diri (kepada Allah) untuk mencapai
keselamatan. Pengertian Islam dari segi kebahasaan ini sudah mengacu kepada
misi Islam itu sendiri yaitu mengajak kepada manusia agar hidup aman, damai,
dan selamat dunia akhirat dengan cara patuh dan tunduk kepada Allah, yang
selanjutnya upaya ini disebut sebagai ibadah.
Selanjutnya, jika kata Pendidikan dam Islam disatukan menjadi
Pendidikan Islam, artinya secara sederhana adalah pendidikan yang berdasarkan
ajaran Islam dengan cirri-cirinya sebagaimana tersebut di atas. Namun, dalam
arti yang lebih luas Pendidikan Islam memiliki pengertian yang bermacam-macam.
Pendidikan Islam adalah upaya membimbing,
mengarahkan, dan membina peserta didikan yang dilakukan secara sadar dan
terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam. Tujuan ini secara hirarkis bersifat ideal,bahkan universal.
Tujuan tersebut dapat dijabarkan pada tingkat yang lebih rendah lagi, menjadi
tujuan yang bercorak Nasional, Institusional,terminal, klasikan, per bidang
studi, per pokok ajaran, sampai dengan setiap kali melaksanakan kegiatan
belajar mengajar.
B.
Aspek-aspek Pendidikan Islam
Pendidikan Islam sebagaimana pendidikan lainnya
memiliki berbagai aspek yang tercakup di dalamnya. Aspek tersebut dapat dilihat
dari segi cukupan materi didikannya, filsafatnya, sejarahnya, kelembagaannya,
sistemnya, dan dari segi kedudukannya dari sebuah ilmu. Dari segi aspek materi
didikannya, Pendidikan Islam sekurang-kurangnya mencakup pendidikan fisik,
agama, akhlak, kejiwaan, rasa keindahan, dan social kemasyarakatan. Berbagai
aspek materi yang tercakup dalam pendidikan Islam tersebut dapat dilihat dalam
Al-qur’an dan Al-sunnah serta pendapat para ‘Ulama
Dilihat dari segi sejarah atau periodenya,
pendidikan Islam mencakup :
1)
Periode pembinaan Islam yang berlangsung pada
zaman Nabi Muhammad SAW. Masa ini berlangsung sejak Nabi Muhammad menerima
wahyu yang pertama pada tanggal 17 bulan
Ramadlan Sebelum Hijriyyah/6 bulan Agustua 610 M dan menerima pengangkatannya
sebagai Rasul, sampai dengan lengkap dan sempurnanya agama Islam menjadi
warisan budaya umat Islam yaitu pada waktu wafatnya Rasul pada tanngal 12
Rabi’ul Awwal 11 H/8 Juni 832 M yang berlangsung kurang lebih sekitar selama 23
tahun.
2)
Periode pertumbuhan Pendidikan Islam yang
berlangsung sejak zaman Nabi Muhammad wafat sampai masa akhir Bani Umayyah yang
diwarnai oleh berkembangnya ilmu-ilmu naqliyyah. Pada masa pertumbuhan dan
perkembangannya itu, Pendidikan Islam mempunyai dua sasaran. Pertama, Yaitu
generasi muda sebagai generasi penerus dan masyarakat bangsa lain yang belum
menerima ajaran Islam; dan kedua, adalah penyampaian ajaran Islam dan usaha
Internalisasinya dalam masyarakat bangsa yang baru menerimanya yang di dalam
Islam disebut sebagai dekwah Islam.
3)
Periode kejayaan (puncak perkembangan)
Pendidikan Islam, yang berlangsung sejak permulaan Daulah Abbasiyah sampai
dengan jatuhnya Baghdad, yang diawali oleh perkembangannya ilmu akliah dan
timbulnya madrasah, serta memuncaknya perkembangan kebudayaan Islam.
4)
Periode kemunduran Pendidikan Islam, yaitu
sejak jatuhnya Baghdad sampai jatuhnya Mesir ke tangan Napoleon, yang ditandai
dengan runtuhnya sendi-sendi kebudayaan Islam dan perpindahnya pusat-pusat
pengembangan kebudayaan kedunia Barat.
5)
Periode [pembaharuan Pendidikan Islam yang
berlangsung sejak pendudukan Mesir oleh Napoleon sampai masa kini, yang
ditrandai oleh gejala-gejala kebangkitan kembali umat dan kebudayaan Islam.
Selanjutnya, Pendidikan Islam sebagai sebuah
sistem adalah suatu kegiatan yang di dalamnya mengandung aspek tujuan,
kurikulum, guru, metode, pendekatan, sarana prasarana, lingkungan,
administrasi, dan sebagainya yang antara satu dan lainnya saling berkaitan dan
membentuk suatu system yang terpadu. Dari berebagai aspek pendidikan demikian
selanjutnya telah membentuk berbagai disiplin ilmu Pendidikan Islam, yaitu Ilmu
yang membahas berbagai masalah yang berkaitan dengan pendidikan, dan dari
keadaan yang demikian itulah selanjutnya dibuka Fakultas Tarbiyah pada seluruh
Institut Agama Islam Negri (IAIN) yang tersebar di seluruh Indonesia.
Kedua, Pengetahuan filsafat, yaitu pengetahuan tantang objek-objek
yang abstrak logis, diperoleh dengan berpikir, dan teori-teorinya bersifat
logis dan hanya logis
C.
Model Penelitian Ilmu Pendidikan Islam
Dilihat dari segi objek kajiannya, Ilmu
Pendidikan dapat dibagi kepada tiga bagian. Pertama, ada pengetahuan Ilmu,
Yaitu pengetahuan tentang hal-hal atau objek-objek yang empiris, diperoleh
dengan melakukan penelitian ilmiah, dan teori-teorinya bersifat logis dan
empiris. Penguji teorinya pun diukur secara logis dan empiris. Bila logis dan
empiris, teori ilmu itu benar, dan inilah yang selanjutnya disebut Science.
(tidak empiris).
Ketiga, pengetahuan Mistik, yaitu pengetahuan yang objek-objeknya
tidak bersifat empiris, dan tidak pula terjangkau oleh logika
Selanjutnya, untuk lebih jelasnya mengenai model penelitian
pendidikan Islam ini akan dikemukakan beberapa contoh sebagai berikut.
1.
Model Penelitian Tentang Problema Guru
Dalam usaha memecahkan problema guru, Himpunan
Pendidikan Nasional (Nasional Education Association) di Amerika Serikat pernah
mengadakan penelitian tentang problema yang dihadapi guru secara Nasional pada
tahun 1968. Dan metode yang digunakan pada hal tersebut adalah metode survey,
yaitu penelitian yang sepenuhnya didasarkan pada data yang dijumpai dilapangan,
tanpa didahului oleh kerangka teori, asumsi atau hipotesis. Penelitian tersebut
menggunakan data lapangan yang dikumpulkan
melalui instrument pengumpulan data, yaitu kuesioner (alat survey yang
berupa pertanyaan) yang sempelnya mewakili tingkat nasional, dan objek yang
diteliti adalah problema yang dihadapi guru dengan kuesioner yang dibuat
terdiri dari 17 macam pertanyaaan.
Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut
adalah dijumpainya 5 aspek pokok yang menyangkut kondisi dan kompensasi tugas
mengajar guru. Adapun 5 aspek pokok (top ranking aspect) tersebut berkenaan
dengan: 1). Sedikitnya waktu untuk istirahat dan untuk persiapan pada waktu
dinas di sekolah. 2). Ukuran kelas yangterlalu besar. 3). Kurangnya bantuan
administrative. 4). Gaji yang kurang memadai. 5) kurangnya bantuan
kesejahtraan, yang mana diantara 5 problematika tersebut, maka nomor 1
mendapatkan mendapatkan presentase terbesar sebagai problema major pada
kedudukan 37,6% dari jawaban guru-guru, sedangkan yang menganggap sebagai
problema minor mencapai 34,4%.
2.
Model Penelitian Tentang Lembaga Pendidikan
Islam
Salah satu penelitian yang berkenaan dengan lembaga pendidikan
Islam adalah penelitian yang dilakukan oleh Karel A. Steenbrink
Metode penelitian yang dilakukannya adalah pengamatan (observasi).
Sedangkan objek pengamatannya adalah sejumlah pesantren yang berada di Jawa dan
Sumatra. Antara lain ia mengunjung beberapa hari sampai satu Minggu pesantren
Pelamonan, Cibeber, Citangkil, Parabek Dll, yangmana kunjungan ke sejumlah
pesantren tersebut memakan waktu kurang lebih 8 bulan. Salah satu hasil
pengamatannya dalam pesantren tresebut
ternyata kehidupan dalam pesantren tidak begitu mahal
3.
Model Penelitian Kultur Pendidikan Islam
Penelitian yang mengambil objek kajian tentang
kultur pendidikan Islam khususnya yang ada di pesantren, antara lain dilakukan
oleh Mastuhu dan Zamaksyari Dhofir. Untuk mengenal model penelitian yang
dilakukan oleh ke dua peneliti ini dapat dikemukakan sebagai berikut.
a.
Model Penelitian Mastuhu
Penelitian yang bertemakan Kultur Pendidikan
Isam yang ada di pesantren dilakukan Mastuhu pada saat menulis disertasi untuk
program doctor. Penelitian yang dimaksud berjudul Dinamika system pendidikan
opesantren, yang mana penelitian tersebut dituangkan dalam lima bab, yaitu bab
tentang pendahuluan, tinjauan pustaka, kerangka dan metode, hasil dan pembahasan
serta bab mengenai kesimpulan dan saran.
Pada bab pendahuluan peneliti mengemukakan latar belakang pemikiran
yang berpijak pada tema disekitar hubungan antara pendidikan Nasional dan
pembangunan Nasional.
Dari segi metodenya, peneliti ini menggunakan
metode pendekatan grounded research yang mendasarkan analisisnya pada data dan
fakta yang ditemui dilapangan, jadi bukan melalui ide-ide yang ditetapkan
sebelumnya. Dan selanjutnya peneliti menentukan objek penelitiannya, yaitu
sebanyak enam pesantren.
Pada bab kedua, peneliti itu mengungkapkan
mengenai tinjauan pustaka yang berisi uraian tentang manusia dan kehidupan,
system pendidikan yang meliputi aliran-aliran pendidikan, dan unsure-unsur
system pendidikan; system pendidikan pesantren yang meliputi aliran-aliran
pendidikan pesantren, kehadiran pesantren ditengah-tengah kehidupan masyarakat
serta unsure-unsur system pendidikan pesantren.
Pada bab ketiga, penelitian itu mengemukakan
tentang kerangka dan metode. Pada bagian ini dikemukakan tentang kerangka
pemikiran yang berisi urutan pemikiran secara sistematik yang ada relevansinya
dengan objek penelitian yang dituangkan dalam butir-butir pemikiran yang
bersifat dasar dan pokok. Selanjutnya dikemukakan pula tentang pendekatan
penelitian tersebut, yaitu pendekatan sosiologis, antropologis, dan
fenomenologis inteaksi simbolis.
Pada bagian berikutnya dikemukakan
tentang langkah-langkah yang digunakan dalam grounded research, yaitu :
a.
Manakah kelompok-kelompok atau
individu-individu penting yang harus diperbandingkan ? Langkah ini menghasilkan
deskripsi.
b.
Apa persamaan dan perbedaan dari
kelompok-kelompok tersebut ? Langkah ini menghasilkan katagori katagori.
c.
Apakah cicri-ciri penting dari setiap katagori
? Langkah ini menghasilkan sifat-sifat.
d.
Bagaimana katagori-atagori utama berhubungan
antara satu dengan yang lain ? Langkah ini menghasilkan hipotesis-hipotesis.
e.
Bagaimana hipotesis-hipotesis itu berhubungan
dengan yang lain ? Langkah ini menghasilkan teori akhir yang diperoleh.
Pada bagian alkhir bab tiga ini dikemukakan
tentang ruang lingkup penelitian yang meliputi tujuan, filsafat dan tata nilai,
struktur organisasi, lingkungan kehidupan pesantren dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan system dan prasarana pendidikan.
Setelah mengemukakan hasil dan pembehasan yang
berkisar tentang arti pesantren, tujuan pesantren, masyarakat pesantren dan
sebagainya, dan dan lainnya sebagaiman yang dikemukakan pada bab empat,
akhirnya peneliti sampai kesimpulan yang dituangkan dalam bab lima. Kesimpulan
ini pada intinya merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian yang dikemukakan
pada bab pendahuluan.
Selain dilengkapi daftar pustaka, penelitian
ini juga dilengkapi dengan berbagai macam table yang ada relevansinya dengan
tema penelitian.
b.
Model Penelitian Zamakhsyari Dhofier
Model penelitian yang dilakukan Zamakhsyari
Dhofier masih disekitar pesantren. Penelitian yang dilakukannya berjudul
Tradisi Pesantren Study Tentang Pandangan Hidup Kiyai, dan diterbitkan oleh
LP3ES tahun 1982.
Sebagaimana halnya model penelitian yang
dilakukan Mastuhu diatas, penelitian ini tidak menyebutkan secara Eksplisit
tentang latar belakang pemikiran, pertanyaan penelitian, tujuan, ruang lingkup,
metode, pendekatan, dan sebagainya sebagaimana lazimnya sebuah penelitian. Namun,
jika dipelajari secara seksama, Nampak berbagai unsur yang ada dalam penelitian
akan dijumpai dalam keterangan selanjutnya.
Pada bagian poendahuluan, misalnya dikemukakan
bahwa keterangan ini ditulis berdasarkan studi lapangan, terutama atas dua buah
lembaga pesantren yang dilakukan antara bulan September 1977 dan September
1978. Kedua pesantren itu ialah pesantren Tegal Sari dan Pesantren Tebu Ireng.
Pada bagian lain, keterangan tersebut
mengatakan bahwa pada umumnya studi tentang Islam di Jawa ini menitik beratkan
analisisnya pada segi pendekatan intelektual dan pendekatan theologo, hingga
sering kali member kesimpulan yang ,meleset. Sebagai contoh, selama ini sering
disimpulkan bahwa para Kiyai, karna sangat terikat oleh ajaran-ajaran kaum sufi
dan mengamalkan Tariqat, dianggap telah mengamalkan Islam yang salah, Islam
yang hanya mementingkan hidup Akhirat dengan melupakan kehidupan duniawi.
Kesimpulan yang lebih Ekstrem lagi dari kaum intelektualis ialah, bahwa
pengamal Tariqat membenci kehidupan duniawi.
Melalui penelitian ini dapat dihasilkan
deskripsi tentang tradisi pesantren yang dituangkan dalam Bab-bab yang ada
dalam buku tersebut. Bab I misalnya, membahas sifat-sifat umum dari system dan
strutur pendidikan Islam tredisional di Jawa, yaitu pengajian dirumah-rumah
kiayi, di Langgar, Masjid dan di Pesantren-pesantren yang dilengkapi dengan
sejarah pesantren yang bersangkutan. Selanjutnya Bab II membahas elemen-elemen
pesantren yang paling pokok yaitu pondok, Masjid, kitab-kitab Islam Klasik,
Para santri, Dan Kiyai. Kemudian pada Bab III membahas tentang luasnya
jaringan-jaringan aliansi perkawinan yang Endogamous dan tradisi Transmisi
Intelektual dari pengetahuan Islam antara sesama atnggota Kiyai. Bab IV
membahas dan meneliti pesantren serta menyediakan suatu gambaran kehidupan
sehari-hari dari murid-murid pesantren, bagaimana mereka mendidik, pelajaran
apa yang diberikan, dan jenis-jenis ritual keagamaan yang mereka lakukan setiap
hari dan menguraikan pesantren. Bab V liam mengemukakan tentang bentuk Tariqat
yang diamalkan oleh Kiyai sebagai sarana untuk mengembangkan ajaran-ajaran
Islam dan memberikat kepemimpinan Keagamaan bagi orang tua. Selanjutnya Bab Vi
membahas tentang paham Ahlussunnah Wal Jama’ah. Dan Bab VII meluakan kesimpulan
dari studi tentang pesantren ini, yang membahas secara singkat kedudukan Kiyai
dalam situasi sekarang dengan tujuan untuk menarik perhatian pembaca terhadap
kenyataan bahwa karier lembaga-lembaga pesantren di Jawa sedang dalam proses
perubahan dan transformasi, sebagai bagian dari kehidupan Indonesia modern.
Berdasarkan uraian di atas, maka model penelitian yang dilakukan
Zamakhsyari Dofier tergolong penelitian lapangan dengan menggunakan metode
srvei, pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi. Pembahasan bersifat deskriptif,
sedangkan analisisnya menggunakan pendekatan sosiologis. Penelitian ini tampak
hadir semodel dengan penelitian yang dilakukan oleh Mastuhu. Kedua peneliti
tersebut tergolong kaum pembaharu. Mereka berdua kelihatannya ingin mengetahui
seberapa jauh tradisi dan nilai-nilai yang diberlakukan di pesantren masih ada
yang cocok untuk masyarakat modern saat ini, dan sejau8h mana tradisi dan
nilai-nilai yang tidak cocok lagi
salam mas,, ndak ada sumber rujukannya?
BalasHapus